SALATIGA,
suarakpk.com – Pendidikan Karakter di Era Modern menjadi sangat penting ketika
generasi muda menghadapi berbagai permasalahan moral dan etika. Demikian
disampaikan oleh Dosen Pasca Sarjana Univ Pertahanan Indonesia dan Univ Hang
Tua Surabaya, Laksamana Muda TNI (Purn.) Dr.Ir.Suhirwan,S.T.,M.M.T.,M.Tr.Opsla.,CIQaR.,CIQnR.,IPU.,ASEAN
Eng., saat menjadi narasumber dalam webinar yang diselanggarakan oleh Yayasan Forun
Indonesia Maju dan Berbudaya dalam rangka Hari Ulang Tahun Media SUARAKPK ke 15
yang mengangkat tema “Keris Dan Pancasila”. Selasa, (22/10/2024.
Dijelaskan Dr.Ir.Suhirwan bahwa BPS menunjukkan sekitar lebih dari 30% remaja mengalami permasalahan perilaku akibat kurangnya pendidikan karakter. Selain itu, lanjutnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, juga menyebutkan bahwa sekitar 70% siswa menghadapi tekanan sosial yang dapat mempengaruhi perilakunya.
“Hal ini menunjukkan perlunya pembentukan nilai-nilai positif seperti kejujuran dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga untuk menghasilkan generasi yang cerdas akademis dan berintegritas moral, maka Pendidikan karakter sangat diperlukan untuk mewujudkan Indonesia Maju Berbudaya, Indonesia Emas,” jelasnya.
Dr.Suhirwan mengatakan, bahwa tanpa pendidikan karakter yang baik, generasi muda akan kesulitan mengatasi berbagai tantangan sosial dan etika ke depan.
“Jadi Pendidikan karakter sangat penting di dunia saat ini, ketika generasi muda menghadapi berbagai permasalahan moral dan etika,” katanya.
Diungkapkan Dr.Suhirwan, bahwa Budaya memegang peranan penting dalam pendidikan karakter, karena melalui Budaya akan dapat membentuk jati diri dan karakter seseorang dan salah satunya Keris yang diakui dunia, menjadi simbol budaya Indonesia yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat diwariskan kepada generasi muda.
“Dimana Keris memiliki makna yang mendalam dan mengajarkan nilai-nilai positif seperti keberanian, ketabahan, dan kebijaksanaan yang selaras dengan Pancasila,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr.Suhirwan, menuturkan, satu hal yang perlu difahami, bahwa Keris bukan sekedar senjata semata, melainkan keris dapat menjadi alat pendidikan untuk menyampaikan nilai-nilai luhur Pancasila.
“Misalnya, sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa," dapat dihubungkan dengan kepercayaan Masyarakat terhadap Keris sebagai benda sakral yang memiliki kekuatan spiritual.
keris berfungsi sebagai alat penyebaran nilai-nilai Pancasila di Masyarakat,” tuturnya.
Menurut Dr.Suhirwan, Keris juga mencerminkan Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
“Misalnya, terlihat pada penggunaan keris dalam upacara adat yang berpusat pada penghormatan terhadap leluhur dan nilai-nilai kemanusiaan,” ucapnya.
Selain itu, Dr.Suhirwan menerangkan, hubungan keris dengan sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, terlihat dari penggunaan keris sebagai simbol pemersatu berbagai suku dan budaya Indonesia. “Kehadiran keris dalam setiap acara budaya mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga persatuan meski berbeda latar belakang. Oleh karena itu, keris tidak hanya berfungsi sebagai warisan budaya tetapi juga sebagai alat peneguhan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” terangnya.
Selain Dr.Suhirwan, dalam webinar juga menghadirkan Guru Besar Ilmu Komunikasi dan Penggiat Budaya yang juga sebagai Sentono Keraton Surakarta Hadiningrat, Prof.Dr.Burhan Bungin,M.Si.,PhD.,CIQaR.,CIQnR. yang menjelaskan tentang digitalisasi eksistensi keris sebagai simbol dan warisan Budaya Nusantara dihubungkan dengan Pancasila.
“Transformasi Keris Nusantara dari masa kerajaan masa lalu menuju kehidupan Postmodern,” ujarnya.
Prof.Burhan juga mengajak seluruh lapisan Masyarakat untuk bersama-sama melestarikan Keris sebagai nilai budaya warisan leluhur Nusantara.
“Selama kita bisa menempatkan keris dalam nilai budaya, tentu kita tidak akan terjebak pada perbuatan syirik, sebab Keris merupakan koesistensi budaya lokal dan islam,” terangnya.
Sementara, Ketua Yayasan Forun Indonesia Maju dan Berbudaya dan juga Penasehat Redaksi Media suarakpk, KPH.Dr.H.Andi Budi Sulistyonegoro,SH.,M.Ikom, menekankan, bahwa Keris dan Pancasila adalah dua simbol budaya dan ideologi yang memiliki makna mendalam dalam konteks Indonesia.
“Keris adalah senjata tradisional Indonesia yang bukan hanya berfungsi sebagai alat pertahanan, tetapi juga sarat dengan makna simbolis, spiritual, dan budaya,” ucapnya.
Gus Andi, panggilan akrab KPH.Dr.H.Andi Budi Sulistyonegoro,SH.,M.Ikom, menjelaskan, bahwa dalam masyarakat Jawa dan beberapa daerah lainnya, keris sering dianggap sebagai simbol kekuasaan.
“Dulu, para raja, bangsawan, dan prajurit memiliki keris sebagai lambang martabat dan keberanian,” jelasnya.
Dikatakan Gus Andi, bahwa Keris seringkali dibuat dengan upacara ritual tertentu dan dipercaya membawa keberuntungan atau bahkan perlindungan spiritual bagi pemiliknya.
“Setiap keris memiliki bentuk, ukiran, dan pamor (pola di bilahnya) yang unik, yang mencerminkan keindahan seni serta kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temuru,” katanya.
Jadi, lanjut Gus Andi, bahwa keris melambangkan kekayaan budaya dan nilai-nilai spiritual masyarakat tradisional, sementara Pancasila adalah panduan ideologi yang menegaskan nilai-nilai dasar bagi kehidupan bernegara dan bermasyarakat di Indonesia. Keduanya merupakan bagian integral dari identitas dan warisan bangsa.
“Hubungan antara keris dan Pancasila dapat dilihat dari perspektif simbolis, budaya, dan nilai-nilai yang terkandung dalam keduanya. Meskipun keris adalah artefak budaya dan Pancasila adalah ideologi negara, ada beberapa aspek yang menghubungkan keduanya dalam konteks nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (001/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar