Pernah Jadi Buruh Percetakan Batu Merah Bahkan Pernah Tinggal di Gudang Sekolah - SUARAKPK

BERITA HARI INI

Home Top Ad


Penghargaan dari Kedubes Maroko


 

01 Maret 2024

Pernah Jadi Buruh Percetakan Batu Merah Bahkan Pernah Tinggal di Gudang Sekolah

 


Oleh : DR Abdul Muslim, SPd, MSi 


Ingin pulang kampung halaman untuk mencalonkan diri menjadi Bupati Muna,  itulah cita cita saya. 


Salah satu tujuan hidupku adalah agar bisa berbuat baik kepada masyarakat secara meluas. 


Sebab, semasa hidup, saya juga sudah pernah merasakan hidup senang sabagai anak saudagar dan juga perna.hidup susah hingga harus membantu orang tua berkebun dan rela pulang sekolah menjadi buruh pada percetakan batu merah.


Inilah cerita perjalanan hidup saya.


Saya DR. Abdul Muslim S.Pd M.Si, lahir di Lawurake (Desa Lianosa) Kecamatan Tongkuno (saat ini Tongkuno Selatan) Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara atas pasangan almarhum Laode  Ado dan ibu WA Arima


Yang konon khabarnya pada tahun 1980-an sampai tahun 1990-an menurut cerita banyak warga sekitar bahwa ayahnya adalah salah satu orang berduit di Kecamatan Tongkuno karena beliau adalah seorang saudagar, berdagang di Lokalan Tongkuno Raya saat itu yang saat ini sudah terdiri dari beberapa kecamatan. Kemudian juga bolak balik ke Negara Malasya Timur, Surabaya, Makasar, Maluku dan Papua.


Sejak  berumur 7 tahun saya, Muslim (sapaan sehari harinya) sudah duduk di bangku sekolah dasar dan sampai berumur 19 tahun duduk di Kelas 3 SMP, selalu membantu orang tua yang bekerja sebagai petani. 


Selain itu  saya  juga bekerja sebagai tukang/buruh di Perusahaan Percetakan Batu Merah di Desa Lianosa milik bapak La Nia (Almarhum). 


Seminggu sebelum pelaksanaan Ujian EBTA pada SMP, tepat pada hari Kamis sekitar pukul 12 siang tahun 1995 ayah saya meninggal dunia akibat sakit yang di derita selama kurang lebih 2 tahun dengan meninggalkan seorang istri dan 8 anak.


Kepergian sang ayah, bagi saya menjadi cambuk untuk terus belajar dan bekerja selayaknya anak anak di pedesaan lainnnya 


"Saat kepergian ayah,  disitulah mulai muncul kesadaran dan kedewasaan bahwa ayah  sudah meninggal kalau saya tidak berubah maka ke depan saya ini mau jadi apa, dan saya hanya berpikir bagaimana caranya untuk bisa bangkit dan bisa mengangkat derajat keluarga yang kurang memiliki nilai di mata masyarakat, maka saat itu seketika lahir sebuah keputusan bahwa saya harus sekolah setinggi-tingginya, karena hanya jalan itu yang bisa merubah segalahnya dan bisa mengangkat derajat keluarga,"tulisnya.


"Banyak suka duka semasa almahurm ayah masih hidup. Saat ini kalau aku mengingat semua itu perasaan sedih dan menyesal,"katanya lagi.


Setelah ujian penamatan pada SMP Negeri Lawama (SMP Neg. 2 Tongkuno) Muslim.memutuskan untuk menjadi buruh di PT Logam Kota Bau-Bau selama kurang lebih 3 Minggu sambil menunggu penerimaan Ijazah

Kerja  banting tulang mencari tambahan biaya untuk persiapan melanjutkan sekolah di Kota Raha.


"Ibu saya tidak menyetujui untuk sekolah di kota Raha karena ketakutan jangan sampai tidak bisa di biayai. Dan saya coba meyakinkan bahwa ibu harus ikhlaskan saya dan tetap yakin bahwa tidak ada orang yang mati lapar hanya gara gara kita sekolah, maka dengan segalah berat hati ibu melepaskan saya dan sambil berkata bahwa di Raha kamu harus tinggal di Rumahnya Bibimu (Wa Djuudja) di butung-butung, tapi saya tetap bersikuku dan mengatakan kepada ibu bahwa saya akan tinggal di rumhanya Om Mariudin temanya ayah saya, karena itu sudah menjadi amanah ayah bahwa setelah tamat SMP harus sekolah di Kota Raha dan tinggal di rumahnya Om Mariudin,"ulasnya sedih.


Waktu terus berlalu dan pada akhirnya tiba watunya untuk berangkat ke Kota Raha untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas.


Tiba di Kota Raha, dalam hati yang terlintas sekolah yang cocok hanyalah STM sekitar tahun 1995 lalu.


Setelah Ospek dan Penataran P4  kembali ke wakuru dan temui ibu dan ketika ibu tau kalau sekolah STM tempat untuk melanjutkan sekolah, maka langsung disuruh pindah sekolah karena dianggap tidak cocok buat masa depan anaknya. 


"Saya kembali ke Kota Raha dan mencari tau nama kepala Sekolah SMEA Negeri Raha  (Saat ini SMK Negeri 1 Raha), namanya bapak La Hamundu, BA. Setelah saya mengetahui dan langsung menuju rumahnya di Palangga, dan setelah selesai ketemu beliau, maka saya di arahkan untuk datang ke sekolah. Dan keesokan harinya setelah tiba di sekolah alhamndulilah saya dinyatakan di terimah pada Jurusan Tata Niaga ( TN.b) dengan Wali Kelas Bapak Tumrisa .S.Pd,."katanya lagi.


Selain menjadi ketua kelas, saya juga dipercayakan untuk menjadi Ketua OSIS

Selama di SMEA Negeri 1 Raha, dia menunjukan prestasi yang memuaskan karena mulai dari Cawu 1 – Cawu 7 mendapat 1 Juara, kemudian Cawu 8 Mendapat Juara 2 karena sudah mulai disibukan dengan tugas tambahan sebagai Ketua Osis, dan aktif di Pramuka Saka Bhayangara, kemudian pada Cawu terakhir Cawu 9 mendpat Juara 3. (yang dulu masih menggunakan sistem cawu 1 sampai 9 baru Tamat)


Ada hal yang tidak bisa dilupakan semenjak menjalani pendidikan di SMEA Negeri Raha selama 3 Tahun.


Saya 3 kali pindah tempat tinggal. Setahun pertama aku tinggal di Labolu, Kelurahan Mangga Kuning Raha, di Rumahnya Om Mariudin sebagaimana amanah almahum. Saya dan Wa Ria dari Marobea sebagai anak tinggal/pembantu, Segala pekerjaan dalam rumah dilakukan, walaupun di tempat itu hanya untuk berlindung dan mendapatkan makan buat nyambung hidup sehari-hari. Karena untuk biaya sekolah tetap menjadi tanggung  jawab sendiri, saya bersyukur di bina dengan segalah kedisiplinan, tidak di perbolehkan menonton Televisi selain Dunia Dalam Berita.


Tahun Kedua, karena merasa sudah jarang kerja di rumah akibat sibuk dengan kegiatan OSIS, dan setelah aktifitas lainnya seperti saat pulang sekolah langsung aktif di Pramuka Saka Bhayangkara Muna sampai sore hingga malam baru tiba di rumah lagi. Maka konsekwensinya tinggal di rumah orang maka harus tau diri.


"Saya pamit baik-baik kepada pemilik rumah untuk tinggal di Sekolah dan alhamndulilah diijinkan. Dan  di Sekolah kami tinggal bertiga di Gudang Sekolah beralaskan meja Sekolah yang rusak dan di susun untuk jadi tempat tidur dan untuk menangkal nyamuk kami menggunakan kelambu dari kampung. Kami bertiga yakni saya sendiri, Abdul Rajab dari Kambara adik kelas saya yang bertugas sebagai pemegang kunci ruang kelas yang saat ini berdomisili di Jakarta (Bekasi), dan yang ketiga adalah Kakanda Asten dari Lasosodo yang bertugas sebagai security di Sekolah dan juga bertugas sebagai pemegang kunci ruang kelas Sekolah Muhamadiyah Raha, yang sampai saat ini belum perna bertemu dan tidak tau dimana rimbahnya," tulisnya sedih.


Saat tinggal di sekolah diketahui oleh keluarga di Kota. Makanya setelah bertahan tinggal selama 6 bulan di Sekolah kemudian di panggil oleh bibi di Butung-Butung untuk tinggal di Rumahnya. Sedangkan Rajab dan Asten masih tinggal di Gudang sampai tamat sekolah.


Ada hal yang menarik untuk dijadikan pelajaran buat adik adik yang lagi aktif bersekolah. Bahwa selama sekolah, setiap tahun itu mendapatkan beasiswa prestasi dan uang . 


Maka dengan nilai dari prestasi itu serta yang dalam bentuk uang, itu di tabung di BRI Simpedes Kaendea Raha dengan niat untuk di jadikan biaya melanjutkan perkuliahan.


Dan setiap libur sekolah saya gunakan waktu untuk cari uang dengan menjadi buruh Mobil Dump Track Duta Pribumi di Lombe (Buton Tengah sekarang) dan hasilnya di tabung lagi untuk tambahan biaya persiapan kuliah dan sampai tamat  terkumpulkan selama tiga tahun berjumlah Rp 855.700,, (Delapan Ratus Lima Puluh Lima Ribu Tuju Ratus Rupiah, tahun 1998).  Dan saat itu setelah pengumuman kelulusan penamatan di SMEA, saya dinyatakan lulus Bebas Tes pada Jurusan Bahasa Inggris di STKIP Negeri Gorontalo yang sekarang Menjadi Universitas Negeri Gorontalo (STKIP – IKIP –UNG) 


Pada saat itu belum bisa berangkat ke Gorontalo karena pertimbangan biaya. Akhirnya saya ikuti panggilan oleh kakak pertama-Sartini (Mamanya Ashar) di Kendari untuk bantu menjual tomat, jeruk, cabe besar dan kecil, sayuran dan lain lain  di Pasar Kota Kendari sambil menunggu pendaftaran kuliah di UNHALU.


Pada saat di buka pendaftaran,  maka langsung  menuju Kampus dengan membawa berkas pendaftaran langsung ke Gedung Rektorat Loket Pendaftaran. Namun karena loketnya hanya satu, maka diputuskan untuk tidak mendaftarkan karena banyak sekali orang yang mengantri 


Maka saya memutuskan untuk  pulang kerumah kakak dan langsung ke pasar lagi untuk membantu kakak. Dan di hari kedua saya ke kampus untuk mendaftar, namun kondisi masih seperti di hari pertama, antri kaya semut. Maka saya memutuskan untuk tidak mendaftar kuliah dan tetap bekerja di pasar membantu kakak menjual.


Setelah tiba saatnya pengumuman hasil Tes di Unhlau, sore itu ke rumahnya sepupu sekali yang sudah di  anggap sebagai kakak yakni Bapak La Ode Kardini SE, beliau saat itu sebagai pegawai eselon 4 di bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Kendari.


"Kakak Laode Kardini SE  itu pulang dari kantor setelah magrib, sambil mengenakan sehelai handuk mandi dan duduk di kursi ruangan tengah beliau bertanya kepada saya, Muslimmmm, kamu lulus di Jurusan apa. Saya menjawab bahwa saya tidak mendaftar, sontak beliau kaget dan marah besar, akhirnya saya di ceramai dan di maki di suruh pulang kampung jadi sampah masyarakat, di suru bawah becak, buka kebun di kampung lama, siaa-sianya kalian punya kemampuan baru tidak kuliah, kamu mau jadi apa, macam macamlah marahnya sampai jam 10 malam aku di marah terus,"he he he senyum Abdul Muslim mengingatnya.


Pikirannya setelah habis dimarahi ,mungkin disuruh pulang. Namun setelah  mandi, kakakku itu langsung mengajak makan malam, setelah makan sekitar pukul 11 malam pamit mau pulang.


Spontan kakak Laode Kardini kaget dan bertanya.  kenapa kamu mau pulang? apa kamu marah karena ocehanku tadi?  Saya  jawab tidak, bagi saya itu suatu cambuk, dan sambil berkata aku pamit mau ke Gorontalo, beliau berkata, mau bikin apa kamu di Gorontalo, siapa yang mau biayai kuliahmu di sana, saya jawab bahwa saya mau berangkat saja dulu yang penting bisa masuk kuliah, adapun kalau tidak ada uang nanti saya cuti, kerja apa saja di sana yang penting bisa nyambung hidup dan lanjutkan kuliah, dengan mata berkaca-kaca beliau berkata, ok kalau begitu keputusanmu berangkat saja, tapi saya belum bisa kasi apa apa, nanti kalau ada apa apa di sana tolong diinformasiikan ke saya.


Waktu terus berlalu dan pada akhirnya ada jadwal kapal menuju Gorontalo. 

Dan hari berikutnya pulang ke Raha karena dua hari kedepan ada kapal Pelni dari Bau bau menuju Bitung.


Akhirnya malam itu juga kaka saya terbangun dari tidurnya dan mengumpulkan barang-barang bekas di rumahnya yang akan dibawah ke Gorontalo berupa 2 Buah belanga kecil, 1 Buah kuali kecil, 5 Buah sendok makan, 2 Buah sendok nasi dan beberapa gelas di kemas dalam 1 Dos Besar. Sambil mengemas barang, kakak saya menangis dan berkata mau pergi sama siapa di Gorontalo, mau kuliah bagaimana, kita tidak punya uang. Sambil memeluk kakak dan berusaha meyakinkan, bahwa insya allah saya tidak akan mati lapar di perantauan.


 Setelah tiba di Kota Raha langsung menuju Bank BRI Simpedes Raha, dan menarik tabungan yang selama tiga tahun semasa di SMEA yang berjumlah Rp 855.700,, (Delapan Ratus Lima Puluh Lima Ribu Tuju Ratus Rupiah). Dan  jumlah yang bisa ditarik hanya  RP 850.000, 00, sisa 5.700, dan setelah itu menuju Wakuru. Setiba di Wakuru pada sore hari ibu lagi mencabut rumput di pinggir rumah. Sontak ibu melihat saya turun dari mobil bergegas menjemput di depan rumah.


Saat itu saya bilang ke ibu, tolong panggilkan nenek La Ode Nsolo, dia bacakan saya walaupun satu biji telur karena besok saya akan ke Gorontalo, ibu saya kaget dan bertanya mau bikin apa di Gorontalo, saya bilang mau pergi Kuliah. Ibu bilang kamu kuliah pake apa sementara tidak ada uang (dengan khas bahasa daerahnya Muna). Saat itu juga ibu, saya memperlihatkan uang tabungan yang saya ambil dari BRI Simpedes sebesar Rp 850.000 dan saya katakan bahwa ini uang tabungan saya selama tiga tahun dari Beasiswa dan hasil buruh mobil, ibu saya tidak percaya bahkan terkesan menuduh, katanya jangan sampai ko curi uangnya kakakmu (mamanya Ashar), saya berusaha meyakinkan ibu saya bahwa, kita tidak punya keturunan pencuri, sambil saya memperlihatkan buku tabungan , dan ibu langsung menangis dan memeluku, sambil berkata kasiaan kamu inii anaaaa(Dengan Khas Bahasa Muna). Saat itu ibu saya bergegas mandi dan mendatangi rumahnya nenek saya La ode Nsolo (Almarhum) untuk memintahnya agar habis magrib bisa datang ke umah dan membacakan doa buat keberangkatan saya sekaligus di kasi berdiri (Dalam Bahasa Muna Nofoeree Kanau), di baca dengan 1 Piring Besar yang berisi 1 Biji Telur dan segelar Air, karena susanya kehidupan.


Setelah di kasih berdiri malam itu, La Ode Nsoslo (Almarhum) berkata bahwa berangkat saja insya kamu tidak akan mati lapar dan beliau bekata cita-citamu insya allah akan tercapai, akhirnya malam itu sepanjang malam sampai pagi ibu tidak bisa tidur.


Pagi sekitar pukul 8 lagi terlihat  ibunda  sambil menangis tersenduh-senduh melepaskan kepergianku menuju Gorontalo dan memberikan uang sebesar Rp 25 Ribu, dan sambil berkata ainihaemo kaaawu doikii anaaaa, karunsa runsaku welo kabalekono kahitela (hanya ini uangku naaak yang saya simpan di bawah susunan Jagung Kering, ini hanya untuk pembeli permen di jalan. 


"Dengan berat hati saya terima uang itu karena saya pikir sisa ini uang mama, saya berpikir kasian mama dan adik-adikuu mereka mau makan apa. Setelah itu saya memeluk mama dan menciumnnya kemudian saya naik mobil angkot menuju Wamengkoli dan menyeberang ke Bau-Bau bermalam di rumah keluarga karena subuh baru ada kapal Pelni KM Lambelu menuju Bitung.


Dan setelah tiba Bitung dalam perjalanan dua hari dua malam langsung menuju terminal luar kota menuju Kota Gorontalo dengan menggunakan Mobil Bush, dan perjalanan di tempuh dalam 12 Jam dan tiba di Terminal 45 Kota Gorontalo, setelah itu menuju Asrama Mahasiswa nginap di Kamarnya Senior dari SMEA yang juga Kuliah di Gorontalo Kakanda La Ode Rasuli dan Halidin Hamu Blok H4


Keesekoan harinya saya menuju Kampus di antar oleh kawan – kawan dari Muna untuk mendaftar ulang Bebas Tes yang semula Lulus pada Jurusan Bahasa Inggris, pada saat mendaftar ulang saya langsung pindah pada Jurusan Ekonomi, karena dalam pikiran saya kalau jurusan Bahasa Inggris gampang di pelajari tidak harus kuliah,akhirnya kualat dan sampai sekarang tidak tau Bahasa inggriss. 


Setelah pendaftaran semuanya sisa uang saya hanya 46 Ribu, dan harus membayar Iuaran OSPEK Saat itu kurang lebih sebesar 180.000, akhirnya saat itu seminggu sebelum pelaksanaan OSPEK setiap subuh saya jalan kaki berolahraga sambil mencari bangunan yang sementara di kerja, dan saya menemukan di hari pertama, saya cepat-cepat pulang ke asrama ganti pakaian dan pergi melamar jadi buruh bangunan dengan jalan kaki kurang lebih 1 KM.


 Saya  berusaha sebelum Jam 8 Pagi sudah berada di pintu pagar bangunan Itu, setelah di buka pintuhnya  masuk di dalam arel bangunan itu dan menanyakan kepala tukangnya. Setelah di pertemukan dengan kepala tukang  langsung melamar jadi buruh, dan kepala tukang bertanya kepada, kamu bisa kerja apa, karena badan kamu kecil, apa bisa mencampur? Spontan saya jawab, bisa apa saja.


Akhirnya awal bekerja diuji mencampur sendiri sekaligus dua sak semen. Dan semen dengan dengan berat 40 Kg. Anehnya, semen itu harus angkat sendiri tidak ada yang bantu. Kepala tukang sampai heran dengan berkata pake logat Gorontalo. “ pe Kacili jo ngana pe badan, kong bisa angka sandiri tu semen se sakk eeii” (Badan kamu kecil kook bisa angkat sendiri semen 1 sak). Saya jawab bahwa sudah biasa kerja begini pak karena saya mantan Buruh Mobil Dump Track.


Dengan segala keheranan kepala tukang bertanya kepada saya, Ngana Orang mana, karena ngana pe Logat ini rupah orang makasar, saya bilang saya orang Muna pak dari Sulawesi Tenggara. Kepala tukang bilang orang Kendari yaaa, saya jawab iyaa pak. Datang mau datang kuliah di Gorontalo, tapi karena habis uang selesai bayar SPP satu semester sudah tidak bisa ikut kegiatan OSPEK karena uang tidak cukup. Kepala tukang melanjutkan pembicaraan, dengan nadah sumbang, ooohhh kamu Mahasiswa baru yaaa. Saya jawab iyaaa pak. Diia bertanya lagi, kapan pelaksanaan OSPEK, saya bilang 5 hari lagi Pak. Tapi mau diapa karena waktu pendaftaran sudah selesai. 


Mungkin saja ini kepala tukang kenasaran lantas bertanya lagi. Kapan selsainya pendaftaran?  Saya bilang kemarin pak. Spontan kepala tukang langsung kasih uang Rp 200. 000, dan sambil berkata ngana pigi jo mendaftar OSPEKmuu, nanti jooo so kelar baru ngana bale ulang kerjaa (Artinya pergi saja mendaftar OSPEK, nanti selesai baru datang kerja lagi).


Akhirnya saya langsung bergegas kembali ke Asrama dan menuju Kampus untuk mendaftar Ospek dan alhamndulilah di terima. Selama ospek saya menunjukan kemampuan dan menjadi perhatian oleh senior-senior dan pengurus SENAT saat itu. Setelah Ospek dilanjutkan dengan penerimaan Tamu Racana Pandega (Kegiatan Pramuka) yang secara kebetulan tanpa uang pendaftaran alias Free karena sudah inklud dengan pedaftaran awal. Akhirnya saya ikut penerimaan Tamu Racana selama 7 Hari. Setelah penerimaan Tamu Racana adalagi kegiatan Basic Training HMI LK 1, oleh senior-senior menyuruh untuk Ikut dan akhirnya langsung ikut, yang juga tanpa ada pembayaran dan Free juga di kasih makan. 


Selama kurang lebih sebulan barulah saya melapor kembali di tempat kerja sebagai buruh bangunan, dan setelah melapor, langsung kerja lagi untuk menutup utang yang sudah ambil untuk pendaftaran OSPEK. Setelah 3 hari kerja oleh kepala tukang bertanya kepada. Kapan kamu mulai kuliah, saya jawab 3 Hari lagi pak. Sementara gaji buruh saat itu hanya RP 30.000/hari. terus kepala tukang mengatakan kepada saya terakhir besok kamu kerja karena sudah harus kuliah, saya bilang mohon maaf pak, saya tetap kerja dulu sampai tertutup semua pengambilan saya yang kamarin. 


Oleh kepala tukang marahi dan menyuruh tinggalkan pekerjaan agar bisa lanjutkan kuliah,  sambildia  berkata, pokoknya kamu harus kuliah, dan saya anggap panjar kamu sudah lunas. Saat itu juga saya ditambahkan lagi uang sama kepala tukang sebesar Rp 300 ribu dan di suruh pulang ke asrama. Sambil menangis saya  menerima uang itu dan memeluk kepala tukang yang juga menangis. Pekerjaan sempat terhenti sejenak, semua tukang dan buruh mendatangi saya dan memberikan uang ala kadarnya dan akhirnya uang itu berjumlah Rp 600.000.


Kemudian saya salaman dengan mereka sambil berkata bahwa saya menemukan saudara saya di Gorontalo dan mengucapkan terima kasih kepada mereka semuanya.  Kata mereka kalau kamu di asrama tidak ada beras nanti datang di sini. Aku sedih, bercampur heran dan bersyukur kepada Allah, karena di pertemukan dengan saudara saudara seperti mereke walaupun hanya seorang tukang batu dan buruh bangunan, tapi mereka punya nurani sama orang yang lagi berjuang seperti saya.


Akhirnya mulailah saya kuliah dan tinggal di kamarnya senior La Ode Rasuli dan Halidin Hamu  Bersama saudara seperjuangan saya Burhanudin yang saat ini sebagai kepala Seksi di Dinas Diknas Kabupaten Muna Barat selama kurang lebih 6 bulan sebelum dapat kamar di Asrama Mahasiswa. Pada semester satu saya mulailah putar otak untuk cari uang, menjadi buruh tukang pikul barang balanjaan di Pasar Kota Gorontalo dan aktif di Organisasi Kemahasiswan Intra Kampus dan Ekstra Kampus, yang penting bisa makan dan nyambung hidup.  Kebetulan Ketua UKM Takraw STKIP Gorontalao kakanda La Umbas yang saat ini menjadi Kepala seksi Perencanaan di Dinas DIKNAS Kabupaten Muna Barat, kami menggelar Turnamen Sepak Takraw antara Pelajar SMP/SMA Se-Daerah Gorontalo dan di percayakan saya sebagai Ketua Panitia, mulailah berproses dan bisa menyambung hidup sampai semester 2.


Pada saatnya selesailah semester satu, dan saat libur semester satu, sepupu saya Wa Harina yang saat ini PNS Guru di Kabupaten Boalemo pulang kampung dan setibanya di Gorontalo, saya di kasih amplop yang isinya adalah kiriman uang. Dia bilang bahwa ini kiriman dari mama kamu begitu berat saya menerima uang setibahnya di kamar saya membukanya ternyata kiriman uang senilai Rp 100.000. saya langsung menangis dan bekata dalam hati kasian mamaku, dia ambil dimana ini uang untuk di kirimkan saya. (Walaupun sudah 6 Bulan saya tidak pernah  ada khabar dan tidak pernah mendapat kiriman). 


Berjalan semester dua dengan segala perjuangan, saya menjadi tukang pikul di Pasar Kota Gorontalo, dan bisa menyelesaikan Kuliah semester 2, kemudian sepupu saya Wa Harina pulang kampung lagi, dan setibahnya di Gorontalo saya di kasih amplop yang isinya adalah kiriman uang. Diia bilang bahwa ini kiriman dari mama kamu begitu berat saya menerima uang setibahnya di kamar saya membukanya ternyata kiriman uang senilai Rp 200.000. lagi lagi saya  menangis dan bekata dalam hati kasian mamaku, dia ambil dimana ini uang untuk di kirimkan saya. (Walaupun sudah setahun tidak  perna ada khabar dan baru sekali  mendapat kiriman sebesar RP 100.000). Saat itu juga pertama kali saya menulis surat dengan satu kalimat yang isinya bahwa “Ibu jangan pernah mengirimkan uang kalau saya tidak minta”,di kirim Via Pos.


Dan Setelah masuk semester 3, saya dipercayakan menjadi Ketua Panitia Kegiatan Orientasi Kehidupan Asrama (ORKAM) di peruntukan untuk mahasiswa baru calon penghuni asrama selama seminggu. Saya di pertemukan dengan Mahasiswa Baru Jurusaan Ekonomi Perkantoran bernama Rahmawaty A. Latif, penerima Beasiswa ADB Program Pemerintah di Biayai mulai awal kuliah sampai selesai, berasal dari Desa Boalemo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo(Saat Ini Kabupaten Gorontalo Utara), Calon Penghuni Asrama Blok B4, dia adalah anak Ke empat (bungsu) dari empat bersaudara dan anak satu-satunya perempuan, Ibunya seorang PNS Guru dan bapaknya Seorang PNS Kepala Sekolah SD.Kemudian kami berkenalan dan menjadi Pacar yang saat ini menjadi Istri pendamping hidup yang setia.  


Dengan melihat kehidupan saya yang serba keterbatasan maka dia selalu membantu kehidupan saya sehari-hari, termasuk membantu membayarkan SPP saya sampai selesai kuliah, terkadang saya kaget ketika ke Gedung BAAK, untuk melakukan pembayaran SPP, ternyata jawaban pihak pengelolah bahwa SPP saya sudah lunas sudah di bayar sama perempuan, anehnya lagi dia (istri saya sekarang) tidak pernah menyampaikan bahwa SPP saya sudah di bayarkan olehnya. 


Dan pada Semester Tiga saya sudah banyak mendapatkan jaringan usaha, dan selalu ada pemasukan setiap bulan. Ada senior di HMI, Beliau adalah mantan Ketua Umum HMI Cabang Gorontalo yang  lupa namanya memiliki Usaha Sablon/Percetakan, saya mulai merintis usaha Sablon/Percetakan dengan cara membayar sebanyak Rp 350.000, untuk Kursus Kilat Sablon/Percetakan.  Setelah itu saya membeli semua peralatan Sablon/Percetakan, kemudian melakukan praktek atau uji coba dan alhamndulilah berhasil.


Setelah itu saya mulai mencari orderan yang di awali dari kampus sampai ke Dinas-Dinas Se-Kota Gorontalo. Menggarap semua kaos-kaos Himpunan Mahasiswa Jurusan serta Sertifikat-sertifikat, terutama pada saat penerimaan mahasiswa baru dengan harga yang paling murah yang penting bisa dapat dan ada pemasukan setiap bulan. 


Karena saya terinspirasi setelah membaca bukunya Safir Senduk yang dalam inti buku itu bahwa” kalau kita mau besar/kaya bukan berarti harus banyak pendapatan, akan tetapi kemampuan kita mengelola pendapatan”. Serta beberapa sumber pemasukan lain yang saya dapatkan dari hasil investasi sosial pada stakeholder. Walaupun saya berusaha/berbisnis, saat itu juga tetap juga aktif Kuliah dan aktif berorganisasi


Pada saat libur Semester 3 saya pulang liburan di kampung halaman karena sudah mulai rindu dengan ibu saya dan kakak-kakak serta adik-adik saya dengan membawakan mama sebuah TV Warna Ukuran 14 Inci, Hadiah Undian Tabungan BRI Simpedes Kota Gorontalo waktu semester Dua (Isi tabungan saya hanya 150.000).


Setibahnya di kampung melihat rumah ibu yang berdinding papan dan beratap seng (Rumah Tua), lantainya sudah mulai rusak di makan rayap dan berlubang, atapnya sudah mulai usang dan sering bocor di saat hujan, dapurnya yang berdinding Jelaja (Anyaman dari Bambu) dan beratapkan rakitan dari rumput alang-alang (Dana) saya sedih dan langsung mencari tukang untuk merenovasi rumah utama dengan mengganti semua lantainya yang rusak serta mengganti semua atap seng yang rusak. Dan dapurnya yang semula berdindingkan jelaja (Anyaman dari Bambu) dan beratapkan rakitan dari rumput alang-alang semua digantikan dengan papan dan seng.


Belum selesai pekerjaan renovasi rumah saya sudah harus balik ke Gorontalo, kemudian menyimpankan uang ke Ibu saya untuk biaya seluruh perbaikan rumah dan kebutuhannya serta menyimpankan uang tambahan modal untuk Ibu menjual/berdagang di Pasar Wakuru yang berjumlah kurang lebih 20 Jutaan saat itu di tahun 2000. Karena ibu saat itu sudah tidak berkebun lagi dan mempertahankan hidup dengan cara berdagaang.


Setibahnya di Gorontalo tetap menjalankan Usaha Sablon/Percetakan dan cukup banyak mendapatkan orderan, kemudian saya menggagas lagi usaha baru berupa BMT, yakni usaha simpan pinjam dengan mengangkat satu orang karyawan sebagai penagi bernama Humam Risdiyanto, Suku Jawa dari Ternate yang saat ini menjadi Guru PNS di Kota Tidore Propinsi Maluku Utara.  


Saya sendiri menjadi Direkturnya, bendahranya, sekaligus memegang pembukunnya dan sampai memiliki modal kurang lebih 80 Jutaann. Saya mendapatkan suntikan dana dari dosen saya sebesar Rp 50 Juta untuk di putar dan alhamndulilah modalnya mampu saya kembalikan dalam jangkah waktu 3 Bulan,  kemudian berkembang dan sampai mendapatkan kepercayaan untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah.


Pada Semester 6 kembali di percayakan menjadi Ketua Umum UKM Penelitian dan Pengembangan, mengadakan banyak kegiatan, dan saya megikuti Lombah Karya Tulis Ilmiah dalam rangkah seleksi mewakili kampus, dan alhamndulilah saya mendapat juara 1 di kampus dan mewakili kampus mengkuiti Lombah Karya Tulis Ilmiah Se –Indonesia Timur Wilayah C2 di Universitas Haluoleo dan berhasil Lolos ke Tingkat Nasional pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasioanal (PIMNAS) Tahun 2002 di Univeritas Airlangga, dan ketika Ikut PIMNAS, saya dalam posisi sebagai Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM/Presiden Mahasiswa IKIP Negeri Gorontalo),


Pada saat menjadi Ketua Umum BEM/Presiden Mahasiswa IKIP Negeri Gorontalo periode tahun 2002-2003, pada bulan Oktober tahun 2003 saya memilih Wisudah, walaupun masa jabatan saya sampai pada januari 2004, karena kalau saya menghabiskan masa Jabatan sampai Januari 2004 maka saya wisudah tidak Cum laude walaupun IPK saya 3,54 karena saya kuliah lebih dari lima tahun, ketentuan akademik bisa Cuma laude apabilah kuliah di bawah 5 tahun.


Maka saya putuskan wisudah dan alhamndulilah mendapat gelar akademik Cum Laude dengan IPK 3,54 masuk dalam wisudawan 10 besar terbaik urutan ke 6 dan mendapat urutan ke 2 di tingkat Fakultas, dan di percayakan kepada saya untuk menyampaikan orasi ilmiah perwakian wisudawan tanpa konsep yang saat itu sepata kata dari wisudawan konsepnya sudah di siapakan oleh panita. Sukses akademik dan sukses organisaasi.


Pada tahun 2003 saya hijrah ke Jakarta, menigkuti Kongres HMI di Asrama Haji, Pondok Gede Jakarta Timur. Pasca Kongres saya masih bertahan hidup di Jakarta, pada saat yang bersaman saat itu juga ada acara Munas Penentuan Calon Presiden dari Partai Golkar di Hotel Shangrilah Jakarta Barat. Saat itu saya menemui Bupati Muna Bapak Ridwan BAE yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Muna. Inti dari pertemuan itu bahwa saya di ajak untuk kembali ke Muna membantu beliau pada periode kedua Pilkada Bupati Muna dan  alhamndulillah Pa Ridwan BAE menjadi Bupati Muna Periode Kedua.


Dalam proses perjalanan perjuangan Pilkada Muna periode kedua saya di suruh untuk menjadi PNS, hati saya saat itu bergejolak karena PNS bukan cita-cita, saya ingin menjadi pengusaha, akademisi dan politisi, tapi karena desakan orang tua dan beberapa keluarga maka saya menerima untuk menjadi PNS dan setelah lulus tes, saya berikrar dalam hati dan diri saya bahwa cukup 10 tahun saya jadi PNS di Muna dan harus kembali ke Jakarta. Pengejawantahan dari Ikrar pribadi ini selain menjadi PNS maka saya banyak melakukan aktifitas sosial sebagai bentuk investasi sosial termasuk menjadi Ketua Umum DPD KNPI Muna. 


Saya menjadi PNS, Guru SMU Negeri 1 Lawa, Pengangkatan SK PNS Bulan Desember Tahun 2003, dan terima SK pada tanggal 4 Februari 2004, dan mulai menjadi CPNS Guru SMU 1 Lawa sampai Bulan Agustus 2004, dan setelah itu pindah tugas pada SMA Negeri 1 Raha sampai pada Tahun 2005, sejak Bulan Juli Tahun 2005 saya di pindah tugas kan dari SMA 1 Raha sebagai Staf Dinas Diknas Kabupaten Muna dan meneruskan Pendidikan Kuliah S2 pada Jurusan Administrasi Pembanguan. Selesai Kuliah S2 pada bulan Agustus Tahun 2007, dan pada Bulan September Tahun 2007 di lantik sebagai Pejabat Eselon 4a, sebagai Kasubag Umum dan Keuangan Sekretariat KPU kabupaten Muna sampai Tahun 2009, dan pada tahun 2009 - 2013 di percaya oleh pemuda Muna menjadi Ketua Umum KNPI Kabupaten Muna. 


Dimasa Transisi sebagai Staf Diknas dari tahun 2009 – 2013, saya hanya aktif menjalankan amanah Pemuda Muna dan megikuti tes sebagai Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) Kabupaten Muna dan hanya bisa masuk sampai 6 Besar, Puncaknya pada tahun 2013 saya mengikuti tes sebagai Anggota Komisi Pemilihan Umum(KPU) Kabupaten Muna dan hanya bisa masuk 20 Besar. Kemudian setelah itu saya memutuskan untuk kembali ke Jakarta, karena sudah tiba waktunya untuk melanjutkan Ikrar pribadi saya pada tahun 2003 bahwa saya cukup 10 tahun berkarier sebagai PNS di Muna. 


Dan pikiran saya bahwa hijrah itu penting dan akan bermanfaat untuk karier dan masa depan. Dan pada bulan Juli 2013 saya mendaftar Kuliah Program Pasca Sarjana (S3) Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan alhamndulillah lulus dan mulai kuliah pada Bulan September 2013. Kemudian pada Bulan Desember 2013 saya menemui sahabat saya orang banten yang bernama Mandir Ahmad Syafii, S.Pd M.Si, sekaligus melapor. 


Beliau adalah Pejabat Eselon 3a di Kementrian Pemuda dan Olahraga RI yang mana beliau adalah mantan Sekretaris KNPI DKI Jakarta Jamanya Ariza Patria, saat itu saya memohon bahwa saya butuh pekerjaan untuk tambahan biaya kuliah. Dan alhamnduliah di terima, maka mulai Januari sampai bulan Mei 2014 menjadi Team Asistensi Kegiatan Kepemudaan tahun 2014. Pada awal bulan Mei 2014 saya tiba-tiba di suruh menghadap ke rungannya Pak Mandir, saat itu beliau bertanya kepada saya sambil mengatakan bahwa bung Muslim harus jawab jujur, isi pertanyaan beliau adalah “ bung Muslim PNS Yaaaa, saya jawab iyaaaa, kemudian beliau meneruskan pertanyaan, Golongan berapa, saya jawab Golongan 3d, kemudian beliau mengatakan, kenapa selama ini tidak bilang-bilang, saya kira bung Muslim itu aktifis nurni. Terus saya menyatakan, tidak ada pengaruhnya juga pak, beliau mengatakan saya ini lagi mencari orang yang pas untuk menggantikan posisi saya eselon 3 karena saya di promosi untuk menjadi eselon 2, dan menurut saya bung Muslim itu orang yang pas. Saat itu spontan saya menjawab kalau abang mau bantu saya jangan dulu langsung eselon 3 karena jangan sampai saya cepat banyak musuh”. Singkat Cerita saya di suruh Buat Curikulum Vitae, kemudian di fasilitasi menemui Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda (Eselon 1) sekaligus pak Mandir melapor bahwa beliau sudah menemukan penggantinya. 


Sebelum menemui pak Deputi Bapak Dr Alfitra Salam APU, oleh pak Mandir saya di suruh mencari Rekomendasi Pejabat Negara selevel Eselon 1 untuk di sampaikan kepada pak Deputi, dan saat itu saya sampaikan ke pak Mandir bahwa Keluarga saya Pejabat Negara selevel Eselon 1 yakni Bapak DR La Ode Ida, beliau adalah Wakil Ketua DPD RI, Pak Mandir Lansung memerintahkan kepada saya agar segra medapatkan Rekomendasi. Akhirnya pada sore hari saya bergegas menuju Rumah Jabatan Wakil Ketua DPD RI di Kuningan yang mana selama Proses Perkuliahaan hampir setiap hari saya berada di sana. Setelah tiba di rumah Jabatan saya langsung Melapor dan pada pagi hari kakanda DR La Ode Ida sebelum ke kantor habis mandi masih mengenakan handuk mandi langsung duduk di meja kerjanya dan membuatkan konsep Rekomendasi kemudian di pindahkan dalam Flash Disk dan memerintahkan kepada ajudanyaa untuk duluan di kantor membawa Flash Disk itu agar segra di Print dengan mengguakan Kop, setelah sarapan pagi saya bersama kakanda DR La Ode Ida berjalan menuju kantor, setibahnya di kantor langsung menanyakan Rekomendasi tadi dan langsung menanda tangani, setelah itu di serahkan kepada saya, kemudian saya ucapkan terima kasih dan pamit untuk ke kantor Kementrian Pemuda dan Olahraga RI. Dan pada sore hari saya bersama pak Mandir menemui Deputi Pemberdayaan Pemuda dengan membawa Curikulum Vitae serta Rekomendasi, setelah di baca, saya langsung di peringatkan agar dalam kurun waktu 2 minggu jangan dulu keluar daerah, dan setelah 2 Minggu saya mendapat Undangan pelantikan. Tepatnya pada bulan Mei 2014 secara resmi saya di Lantik sebagai Pejabat Eselon 4a di Kementrian Pemuda dan Olahraga RI oleh Mentri Pemuda dan Olahraga RI bapak Roy Suryo sampai saat ini. Saat saya di lantik di Kementrian Pemuda dan Olahraga RI saat itu belum ada Lolos Butuh dan dan masih berstatus sebagai Pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Muna. dan mulai Bulan Juli tahun 2014 seluruh status Kepegawaian saya resmi menjadi Pegawai tetap Kementrian Pemuda dan Olahraga RI.

(Udin Yaddi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT SUARAKPK Ke 9 (2018)