GROBOGAN, suarakpk.com - Curah hujan yang cenderung ekstrim di Wilayah Kabupaten Grobogan dan sekitarnya akhir - akhir ini sangat berdampak pada kondisi lingkungan.
Banjir dan genangan airpun menjadi pemandangan yang kerap kali terjadi di sejumlah titik wilayah.
Salah satunya diantaranya ada di wilayah Kecamatan Karangrayung tepatnya di Desa Termas. Area persawahan yang merupakan harapan penyangga pangan bagi masyarakat setempat dan Kabupaten Grobogan pada umumnya tergenang bak danau jadi jadian selama musim penghujan. Sebaliknya pada musim kemarau area sawah berubah menjadi keras, kering kerontang akibat tidak adanya aliran air. Padahal jika aliran sungai normal wilayah ini bisa mendapatkan suplai air dari sistem irigasi bendung kali melalui saluran skunder.
Hal ini sangat disesalkan masyarakat setempat, lambatnya penanganan yang dilakukan pihak Pemerintah dalam hal ini pihak Balai Besar Wilayah Sawah ( BBWS ).
Seperti yang diutarakan Kepala Desa Termas Kecamatan Karangrayung H Niti, SKM, MM di Kantor Desa didampingi beberapa staf Desa, Rabu ( 15/02/2023 ), saat pembahasan seputar Kondisi lingkungan. Dirinya mengungkapkan rasa kecewanya dan mengaku sudah berbagai upaya dilakukan. Pada usulan di tingkat pembahasan Musrenbangcam sudah sering disampaikan, namun hingga kini belum kunjung ada realisasi. Bahkan dirinya mengaku sudah mendatangi kantor BBWS didampingi petugas pengairan Kecamatan Karangrayung demi percepatan usul adanya normalisasi sungai di wilayahnya yang bertahun-tahun tidak kunjung ada penanganan dari dinas terkait.
" Adanya permasalahan genangan sawah, saya sudah datangi kantor di Kudus, tapi saya tunggu realisasinya, tak kunjung ada, " keluhnya.
Dari keterangan Kepala Desa didukung beberapa perangkat menjelaskan kondisi beberapa hektar sawah seperti lahan tidur. " Kondisi sawah disaat hujan air meluap menggenangi area persawahan, dan sebaliknya ketika musim kemarau tahan sawah kering kerontang karena tidak adanya aliran sungai, Padahal wilayah ini sebenarnya ada saluran namun tidak berfungsi karena terjadi pendangkalan parah selama bertahun-tahun belum ada upaya normalisasi, " lanjutnya.
Dari keterangan Kepala Desa ada sekitar 74 hektar tanah desa dan masih banyak lagi puluhan hektar sawah wilayah sekitarnya yang terdampak akibat meluasnya wilayah genangan, bahkan menjangkau di wilayah Dusun Rapah Desa Latak Kecamatan Godong.
" Kami sangat merugi, tanah bengkok tidak bisa digarap, dan tanah lelang pun tidak ada peminat, dan ini sangat berdampak pada PAD kami, " lanjutnya.
Terpisah Kepala Desa Latak, Bambang SS, saat ditemui di kantornya mengutarakan hal yang sama, bahwa wilayahnya juga terdampak akibat lambatnya penanganan normalisasi Kali Teleng yang melintasi wilayahnya.
" Ini seharusnya Pemerintah segera tanggap, terutama pengaturan tata kelola di wilayah hulu, karena aliran lumpur berawal dari sana, terutama dari wilayah hutan, " ujarnya. Diketahui sungai Teleng adalah sungai yang di bagian hulu ada beberapa anak sungai di sejumlah wilayah hutan milik Perum Perhutani Jawa Tengah.
" Desa kami secara swadaya pernah melakukan normalisasi, namun karena di bagian atas tidak ada upaya yang sama, sehingga tidak berselang lama sungai sudah pulih lagi karena terjadi abrasi yang terlalu cepat, " tambahnya.
Masyarakat di kedua desa berharap Segera ada realisasi, agar permasalahan ini tidak berlarut-larut dan masyarakat bisa memanfaatkan lahan secara maksimal. '
" Kami sangat menunggu realisasi nya, semoga segera ada perhatian pemerintah, " pungkasnya. (Hari/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar