GROBOGAN, suarakpk.com – Nasib kurang beruntung dialami seorang pria miskin asal Desa Nampu, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.
Pria dengan nama Musri (41) warga RT 04 RW 01 Dusun Nampu Desa Nampu ini, menikah dengan seorang istri bernama Agusti Puspa Wulandari (27) dan dikarunia satu anak usia 9 tahun.
Sehari hari Musri berprofesi sebagai pemulung dengan penghasilan yang tidak menentu. Keluarga satu istri dan satu anak ini, menempati satu rumah yang sangat sederhana, namun juga harus berbagi bersama saudara kandungnya sekeluarga.
Dengan ukuran rumah yang tidak seberapa besar, harus disekat dibagi untuk dua keluarga kakak beradik.
Lebih naasnya lagi, pria ini harus mengurus istrinya yang dinikahi 10 tahun yang lalu mengalami gangguan jiwa akibat depresi.
Pantauan di lapangan, sejak istrinya sakit, ia harus merawat bayi yang dilahirkan istrinya, karena harus mengganti posisi sebagai ibu untuk membesarkan putri kesayangannya.
Namun lebih ironis, ternyata keluarga ini luput dari perhatian pemerintah setempat, karena sejauh ini belum ada bantuan apa pun dari pemerintah, baik BLT DD, BST maupun bantuan lainnya bagi warga kurang mampu yang terdampak wabah Pandemi Covid-19.
Belum berapa lama ini, Jum'at (13/08/2021), Musri kepada suarakpk.com, menuturkan, bahwa dirinya sebagai seorang pemulung dengan penghasilan yang tidak menentu, dia harus menghidupi keluarga dengan istri satu anaknya.
Musri mengaku sangat kekurangan, terutama untuk mencukupi kebutuhan makan sehari hari dan membeli obat untuk kesembuhan gangguan penyakit jiwa yang diderita istrinya sejak 9 tahun yang lalu.
"Saya pernah diusulkan untuk diberi bantuan secara iuran dari warga, tetapi saya tolak tidak saya terima mas, karena saya merasa masih mampu bekerja," tuturnya.
Musri menceritakan betapa berat beban hidup yang harus dipikulnya, karena tidak ada perhatian sama sekali dari keluarga dekat maupun kerabatnya.
"Saya pasrah mas, dengan nasib yang saya alami, yang penting bagi saya masih bisa bekerja dan mampu bertahan hidup untuk anak istriku," ucapnya.
Ketika ditanya mengenai bantuan dari pemerintah tentang pengobatan istrinya, Musri mengaku tidak tahu cara untuk mengurusnya, dikatakannya, pihak Puskesmas menolak untuk merekomendasi pengobatan gratis untuk istrinya dengan dalih tidak mempunyai kartu BPJS ataupun Kartu Jamkesmas.
"Dulu pernah punya kartu Jamkesmas, tetapi sudah dinyatakan tidak berlaku lagi, dan saya belum bisa mengurusnya karena takut biayanya mahal," keluhnya.
Sementara, menanggapi hal tersebut, Kepala Dusun Nampu, Joko Setyawan, ketika ditemui dirumahnya, mengaku kurang tahu tentang permasalahan yang dialami warganya, dirinya beralasan, bahwa dia baru saja dilantik menjabat sebagai Kadus.
"Maaf, saya belum bisa memberi keterangan mengenai masalah ini, karena saya belum lama menjabat," ujarnya.
Namun demikian, Joko Setyawan berjanji akan melaporkan hal tersebut ke Kepala Desa untuk dibahas agar segera ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari Pemerintah. (Hari/Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar