Aceh Timur/suarakpk com-kian hari Hutan di Provinsi Aceh berkurang 15.140 hektar sepanjang tahun 2019 setelah tahun sebelumnya kehilangan 15.071 hektar. Penyusutan tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Tengah, kemudian disusul Aceh Utara dan di posisi ke tiga Aceh timur. Jum'at (28/2/2020).
“Hutan di Aceh, terus menyusut,” tegas Manager Geografis Informasi Sistem (GIS) Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) Agung Dwinurcahya,ketika mengisi Forum Diskusi Jurnalis Konservasi di Kantor Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Timur di Idi.
Dijelaskan, penyusutan hutan akibat dari pembukaan lahan, penebangan liar dan pembangunan jalan. Deforestasi tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Tengah yakni
mencapai 1.924 hektar. Lalu disusul Kabupaten Aceh Utara mencapai 1.851 hektar, posisi ketiga diduduki Aceh Timur, dan Gayo Lues serta Bener Meriah menempati posisi keempat dan kelima.
“Jika dibagi dari total penyusutan hutan dari tahun ke tahun, maka deforestasi di Aceh mencapai 14 hektar per hari,” ujar Agung seraya mengatakan, kerusakan hutan juga terjadi dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Disebutkan, luas tutupan hutan tahun 2017 masih di angka 3,19 juta hektar. Akibat deforestasi disejumlah titik, maka saat ini luas tutupan hutan di Propinsi Aceh tersisa 2,9 juta hektar.
Agung menambahkan, data penyusutan hutan didata dari berbagai sumber seperti citra satelit dan pengecekan lapangan.Setelah mendapat data satelit, kita lalu cocokkan dengan hasil pengecekan ranger di lapangan,ucap Agung.
Meskipun penyusutan hutan di Aceh menurun setiap tahunnya, tetapi luas kerusakan hutan masih tetap tinggi.“Kita berharap deforestasi tidak lagi terjadi, karena kerusakan hutan atau alam akan menjadi potensi bencana alam seperti longsor dan banjir,ujar Agung.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Usaha Tani Perizinan Produksi dan Pengelohan Perkebunan Dinas Peternakan dan Perkebunan Aceh Timur, Marzaini,dalam kesempatan itu menyampaikan hasil review Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan perkembangan Hak Guna Perusahaan (HGU) di Kabupaten Aceh Timur.
Ketua PWI Aceh Timur, Musyawir, dalam kesempatan itu mengatakan, forum diskusi konservasi tersebut merupakan diskusi konservasi kedua yang dilaksanakan PWI bekerjasama dengan HAKA dan Forum Konservasi Leuser (FKL).
“Kami berharap diskusi lingkungan ini agenda rutin HAKA dan FKL bersama PWI Aceh Timur, minimal empat bulan sekali, sehingga teman-teman jurnalis mengetahui perkembangan hutan di Aceh,” ujar Musyawir.
Forum Diskusi Konservasi Jurnalis itu hadir insan pers yang tergabungan dalam PWI Aceh Timur, perwakilan beberapa organisasi kewartawanan lainnya
seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Persatuan Wartawan Online (PWO) dan Persatuan Wartawan Aceh Timur (Pesawat).dan jurnalis muda Aceh (JMA). (Dd).
“Hutan di Aceh, terus menyusut,” tegas Manager Geografis Informasi Sistem (GIS) Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) Agung Dwinurcahya,ketika mengisi Forum Diskusi Jurnalis Konservasi di Kantor Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Timur di Idi.
Dijelaskan, penyusutan hutan akibat dari pembukaan lahan, penebangan liar dan pembangunan jalan. Deforestasi tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Tengah yakni
mencapai 1.924 hektar. Lalu disusul Kabupaten Aceh Utara mencapai 1.851 hektar, posisi ketiga diduduki Aceh Timur, dan Gayo Lues serta Bener Meriah menempati posisi keempat dan kelima.
“Jika dibagi dari total penyusutan hutan dari tahun ke tahun, maka deforestasi di Aceh mencapai 14 hektar per hari,” ujar Agung seraya mengatakan, kerusakan hutan juga terjadi dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Disebutkan, luas tutupan hutan tahun 2017 masih di angka 3,19 juta hektar. Akibat deforestasi disejumlah titik, maka saat ini luas tutupan hutan di Propinsi Aceh tersisa 2,9 juta hektar.
Agung menambahkan, data penyusutan hutan didata dari berbagai sumber seperti citra satelit dan pengecekan lapangan.Setelah mendapat data satelit, kita lalu cocokkan dengan hasil pengecekan ranger di lapangan,ucap Agung.
Meskipun penyusutan hutan di Aceh menurun setiap tahunnya, tetapi luas kerusakan hutan masih tetap tinggi.“Kita berharap deforestasi tidak lagi terjadi, karena kerusakan hutan atau alam akan menjadi potensi bencana alam seperti longsor dan banjir,ujar Agung.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Usaha Tani Perizinan Produksi dan Pengelohan Perkebunan Dinas Peternakan dan Perkebunan Aceh Timur, Marzaini,dalam kesempatan itu menyampaikan hasil review Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan perkembangan Hak Guna Perusahaan (HGU) di Kabupaten Aceh Timur.
Ketua PWI Aceh Timur, Musyawir, dalam kesempatan itu mengatakan, forum diskusi konservasi tersebut merupakan diskusi konservasi kedua yang dilaksanakan PWI bekerjasama dengan HAKA dan Forum Konservasi Leuser (FKL).
“Kami berharap diskusi lingkungan ini agenda rutin HAKA dan FKL bersama PWI Aceh Timur, minimal empat bulan sekali, sehingga teman-teman jurnalis mengetahui perkembangan hutan di Aceh,” ujar Musyawir.
Forum Diskusi Konservasi Jurnalis itu hadir insan pers yang tergabungan dalam PWI Aceh Timur, perwakilan beberapa organisasi kewartawanan lainnya
seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Persatuan Wartawan Online (PWO) dan Persatuan Wartawan Aceh Timur (Pesawat).dan jurnalis muda Aceh (JMA). (Dd).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar