KENDAL, suarakpk.com
- Tahun baru Islam atau biasa disebut 1 Muharam adalah tanggal yang penting
bagi umat muslim untuk memperingati hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke
Madinah. Sebagai wujud kecintaan umat muslim di Indonesia khususnya warga
masyarakat Jawa dalam menyambut dan merayakan Malam 1 Muharam di beberapa sudut
perkampungan masyarakat mengadakan kegitan syukuran bersama-sama. Sebagaimana
terlihat syukuran di sepanjang jalan tejo arum Desa Ringinarum Kecamatan Ringinarum
Kabupaten Kendal, belum berapa lama ini, Sabtu malam (31/8), mewarnai tradisi
malam 1 Muharram 1441 Hijriyah atau sering dikenal masyarakat jawa dengan
sebutan 1 Suro.
Sebagaimana
diketahui, budaya malam 1 suro oleh sebagian masyarakat jawa masih memegang
teguh ajaran yang diwariskan oleh para leluhurnya, menurut keyakinan masyarakat
jawa malam tahun baru hijriah dalam kalender jawa dianggap sakral bagi
masyarakat jawa, hal tersebut diungkapkan oleh kiyai yang hadir dalam acara pengajian
menyambut tahun baru jihriyah.
Nampak hadir
beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam kegiatan Malam 1 suro,
diantaranya, Kepala Desa Ringinarum, serta warga Desa Ringinarum.
Dalam sambutannya,
panitia syukuran 1 suro, Sutrisno mengatakan bahwa acara tersebut merupakan
agenda rutin tahunan yang dilakukan warga desa ringinarum setiap datang malam 1
suro atau menyambut tahun baru Hijriyah sebagai upaya mencapai ketentraman
batin dan keselamatan.
"Tradisi
malam 1 suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan, karenanya
pada malam 1 suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari
semua orang yang hadir merayakannya,” tuturnya.
Menurut Sutrisno,
doa dari semua orang memiliki bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal
datangnya marabahaya, serta harus dilakukan setiap tahunnya.
“Agar tradisi
seperti ini bisa turun temurun sampai ke anak cucu." ujarnya.
Kepada
suarakpk.com sutrisno juga menambahkan, bahwa selamatan 1suro ini tujuannya
agar semua masyarakat dihindarkan dari semua balak dan diberi keselamatan dunia
dan akhirat.
Pantauan di
lapangan, setelah para kiyai medoakan tumpeng dan hidangan yang disediakan oleh
masyarakat sendiri melalui panitia, lalu masyarakat bersama-sama menyantap
tumpeng maupun jajanan yang sudah dibawa dari masing-masing warga masyarakat
yang hadir dalam acara syukuran tersebut.
Untuk diketahui, mengutip
berbagai sumber, nama Suro diciptakan oleh Sultan Agung Adi Prabu
Hanyakrakusuma (1613-1645) sejak kerajaan Mataram Islam. Konon, kalender Saka
(kalender Jawa dan Hindu) ingin diubah oleh Sultan dengan tujuan untuk bisa sepadan
dengan penanggalan Islam.
Di balik itu, Sultan juga ingin menyatukan dua kubu masyarakat Jawa yang terpecah akibat berbeda keyakinan, yakni penganut Kejawen (keperayaan orang Jawa dengan Putihan (Kepercayaan Islam).
Di balik itu, Sultan juga ingin menyatukan dua kubu masyarakat Jawa yang terpecah akibat berbeda keyakinan, yakni penganut Kejawen (keperayaan orang Jawa dengan Putihan (Kepercayaan Islam).
Kini, malam 1 suro
dipercaya sebagai datangnya Aji Saka ke Pulau Jawa yang dapat membebaskan
rakyat dari genggaman makhluk gaib.
Masyarakat Jawa khususnya Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, dan Kasepuhan Cirebon tak akan melewatkan ritual rutinnya setiap tahun untuk memperingati malam yang sakral itu.
Mengelilingi benteng keraton, memandikan benda-benda pusaka, berendam di kali, mandi kembang, dan mengarak kerbau bule merupakan beberapa ritual yang dilakukan dan dianggap membawa keberkahan pada malam 1 suro.
Bukan hanya dipercaya membawa berkah, malam 1 suro juga dianggap membawa sial bagi mereka yang melanggar pantangan menurut kepercayaan setempat.
Malam ini diyakini sebagai malam yang sangat sakral dan berkaitan dengan hal-hal mistis dan penuh misteri. Berikut beberapa hal misteri yang dipercaya pada 1 Suro.
1. Mengadakan pesta pernikahan
Budaya Jawa sangat memantang jika orang tua menikahkan anaknya pada bulan Suro. Kepercayaan mereka mengatakan jika tetap dilakukan, keluarga akan mendapat kesialan.
Beberapa mengatakan ini hanyalah mitos belaka. Alasanya, jika masyarakat mengadakan pesta pada malam Suro, ini dianggap akan menyaingi ritual keraton yang akan dirasa sepi. Selain pesta pernikahan, pesta-pesta lainnya seperti sunatan dan lainnya juga dilarang. Sampai sekarang, mitos ini masih dipercaya oleh masyarakat Jawa.
2. Tak boleh keluar rumah
Saat malam 1 suro, masyarakat Jawa percaya lebih baik berdiam diri di rumah. Karena jika pergi keluar, kesialan dan hal buruk bisa saja menimpa.
3. Melakukan pindah rumah
Menurut Primbon orang Jawa, ada yang disebut hari baik dan ada pula hari buruk. Sebagian orang percaya untuk tidak melakukan pindahan rumah saat malam satu suro karena dianggap bukan hari baik.
Sedangkan menurut agama Islam, semua hari adalah baik.
Masyarakat Jawa khususnya Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, dan Kasepuhan Cirebon tak akan melewatkan ritual rutinnya setiap tahun untuk memperingati malam yang sakral itu.
Mengelilingi benteng keraton, memandikan benda-benda pusaka, berendam di kali, mandi kembang, dan mengarak kerbau bule merupakan beberapa ritual yang dilakukan dan dianggap membawa keberkahan pada malam 1 suro.
Bukan hanya dipercaya membawa berkah, malam 1 suro juga dianggap membawa sial bagi mereka yang melanggar pantangan menurut kepercayaan setempat.
Malam ini diyakini sebagai malam yang sangat sakral dan berkaitan dengan hal-hal mistis dan penuh misteri. Berikut beberapa hal misteri yang dipercaya pada 1 Suro.
1. Mengadakan pesta pernikahan
Budaya Jawa sangat memantang jika orang tua menikahkan anaknya pada bulan Suro. Kepercayaan mereka mengatakan jika tetap dilakukan, keluarga akan mendapat kesialan.
Beberapa mengatakan ini hanyalah mitos belaka. Alasanya, jika masyarakat mengadakan pesta pada malam Suro, ini dianggap akan menyaingi ritual keraton yang akan dirasa sepi. Selain pesta pernikahan, pesta-pesta lainnya seperti sunatan dan lainnya juga dilarang. Sampai sekarang, mitos ini masih dipercaya oleh masyarakat Jawa.
2. Tak boleh keluar rumah
Saat malam 1 suro, masyarakat Jawa percaya lebih baik berdiam diri di rumah. Karena jika pergi keluar, kesialan dan hal buruk bisa saja menimpa.
3. Melakukan pindah rumah
Menurut Primbon orang Jawa, ada yang disebut hari baik dan ada pula hari buruk. Sebagian orang percaya untuk tidak melakukan pindahan rumah saat malam satu suro karena dianggap bukan hari baik.
Sedangkan menurut agama Islam, semua hari adalah baik.
4. Tak
boleh berbicara
Beberapa orang memilih untuk melakukan ritual masing-masing saat 1 Suro. Beberapa orang di antaranya adalah tapa bisu. Saat mengikuti ritual tapa bisu, yakni mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta sangat dipantang untuk berbicara satu kata pun. Makan, minum serta merokok juga sangat dilarang untuk dilakukan saat ritual tersebut.
Beberapa orang memilih untuk melakukan ritual masing-masing saat 1 Suro. Beberapa orang di antaranya adalah tapa bisu. Saat mengikuti ritual tapa bisu, yakni mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta sangat dipantang untuk berbicara satu kata pun. Makan, minum serta merokok juga sangat dilarang untuk dilakukan saat ritual tersebut.
Hanya saja, hal
yang tak boleh dilewatkan pada Tahun Baru Islam atau 1 Muharram adalah
mendekatkan diri kepada Tuhan. (beki/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar